Sabtu, 14 Juli 2012

Sebuah Investasi yang Tak Merugi


         Bismillaah,Alhamdulillaah wa shallaatu wa salam ‘ala nabiyyina Muhammad. Alhamdulillaah yang telah memberikan saya kesempatan untuk menulis lagi di atas laman blogspot ini, Alhamdulillaah yang telah memberikan kemudahan bagi saya untuk berdakwah di media maya ini, dan semoga pekerjaan ini tetap terus saya lakukan sampai akhir hayat saya. Aamiin.

          Saudaraku kaum muslimin dan muslimat, bagaimana kabar antum dan antunna? Saya doakan semoga antum/na tetap sehat selalu, tetap mendapatkan rahmat dari Allaah dan begitu pula denganku dan seluruh kaum mukmin di muka bumi ini baik yang telah wafat atau pun yang masih hidup.
Pada hari ini insyaAllaah saya akan membahas mengenai investasi yang tak merugi, tentu masalah ini bukan investasi dalam bisnis dunia, namun investasi ini investasi akhirat yang berupa jual beli dengan Allaah Subhanahu wa Ta’ala karena Allaah Subhanahu wa Ta’ala membeli jiwa orang mukmin yang menjual dirinya untuk membela agamaNya yaitu dengan memberikan pahala yang melimpah bagi orang yang beramal shalih. 
          Saudaraku yang kucintai karena Allaah, sebelum masuk ke materi mengenai keutamaan mengerjakan amal shalih, saya akan membahas mengenai pengertian amal shalih yang mana sekarang banyak terjadi orang-orang yang beramal namun hanya dikira-kira bukan berdasarkan dalil, yang mana amal hanya sebatas suara hati, sebatas pada pengalaman dan taklid buta belaka. Sungguh merugi orang tersebut sebagaimana firman Allaah Azza wa Jalla di surat al-Kahfi ayat ke-104 yang artinya “Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.”
          Saudaraku yang kucintai karena Allaah, amal shalih merupakan suatu amalan atau suatu perbuatan yang dilandasi dua syarat yaitu ikhlas karena Allaah dan sesuai ajaran Islam atau ittiba’ kepada Rasulullaah shallallaahu alaihi wa salam dan bila salah satu atau bahkan kedua-duanya dari dua syarat ini tidak ada maka amal tersebut bukanlah amal shalih melainkan hanya amal yang dikira-kira kebaikannya. Maka itu sungguh penting bagi kita untuk mempelajari tauhid supaya kita tahu kepada siapa kita mengharapkan balasan ketika beramal dan perlu bagi kita mempelajari tata cara beramal supaya kita tidak beramal semaunya namun beramal seperti apa yang Allaah kehendaki. Sungguh tercela ibadah yang diada-adakan dalam agama Islam sebagaimana dalam hadits yang artinya bahwa Rasulullaah shallallaahu alaihi wa salam bersabda, "Sesungguhnya sebenar-benar ucapan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam sementara seburuk-buruk perkara adalah hal-hal yang diada-adakan, dan setiap hal yang diada-adakan itu adalah bid'ah dan setiap bid'ah itu adalah sesat dan setiap kesesatan itu berada di neraka." (HR.an-Nasa`iy dari hadits yang diriwayatkan Jabir bin 'Abdullah)
          Saudaraku, semoga engkau telah memahami definisi amal shalih, sekarang mari kita bahas mengenai keutamaan mengerjakan amal shalih. Keutamaan mengerjakan amal shalih dijelaskan dalam hadits berikut yang artinya bahwa Rasulullaah shallallaahu alaihi wa salam bersabda, ‘Dari Ibnu Abbas radhiallaahu ‘anhu dari Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda menyampaikan apa yang diterimanya dari Tuhannya Allaah ‘Azza wa Jalla. Dia berfirman, “Sesungguhnya Allaah mencatat semua amal kebaikan dan keburukan”. Kemudian Dia menjelaskan. “Maka barang siapa telah berniat untuk berbuat suatu kebaikan, tetapi tidak melakukannya, maka Allaah mencatatnya sebagai satu amal kebaikan. Jika ia berniat baik lalu ia melakukannya, maka Allaah mencatatnya berupa sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus kali lipat, bahkan masih dilipatgandakan lagi. Dan barang siapa berniat amal keburukan namun tidak melakukannya, Allaah akan mencatatnya sebagai amal kebaikan yang utuh, dan bila ia berniat dan melakukannya, maka Allaah mencatatnya sebagai satu amal keburukan.” (HR. Bukhori dan Muslim dalam kedua kitab Shahih-nya dengan redaksi tersebut). Di dalam hadits ini bisa kita ambil intinya bahwa :
1.       Bertekad dalam kebaikan dan mengamalkannya. Baginya pahala sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat bahkan sampai tak berhingga.
2.      Bertekad dalam kebaikan dan batal mengamalkannya. Baginya pahala satu kebaikan.
3.      Bertekad dalam kejelekan dan mengamalkannya. Baginya dosa satu kejelekan.
4.     Bertekad dalam kejelekan dan gagal mengamalkannya karena terhalang sesuatu. Baginya dosa satu kejelekan.
5.      Bertekad dalam kejelekan dan membatalkannya karena Allaah. Baginya pahala satu kebaikan.
6.     Bertekad dalam kejelekan dan batal mengamalkannya karena hilang selera, misalnya. Baginya tidak pahala dan tidak juga dosa.
          Saudaraku, pentinglah bagi kita untuk memiliki hati yang selalu berniat untuk melakukan kebaikan karena niat untuk melakukan kebaikan namun saat ingin melakukan kebaikan gagal melakukannya maka hal tersebut mendapat satu pahala,namun apabila kita berniat dan melakukan kebaikan maka insyaAllaah kita akan mendapatkan pahala sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipat dan dilipatgandakan seterusnya sesuai kehendak Allaah, bisa jadi kita beramal shalih dengan bersedekah sekecil sebiji kurma Allaah lipatkan balasannya hingga ketika di akhirat pahalanya sebesar gunung Uhud sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits riwayat Bukhari.  Lalu di dalam hadits lain mengenai penduduk surga yang terakhir yang mana ia bermodalkan kalimat Laa illa ha illallaah dan kebaikan yang sangat sedikit ia mendapatkan nikmat surga yang sepuluh kali lipat dunia.Lalu apalagi bila kita setiap detiknya bisa beramal shalih , insyaAllaah...
                                                                           
“ Sungguh beruntung orang-orang yang mengajarkan ilmu agama, bisa jadi ilmu yang diajarkannya diamalkan oleh banyak orang dan terus disebarkan, sementara amal shalih Allaah balas lipatan pahalanya sebanyak sepuluh sampai dengan tujuh ratus kali lipat dan selebihnya. Itulah keutamaan yang berilmu agama daripada ahli ibadah, karena ahli ilmu agama bisa menyebabkan orang banyak beramal shalih dan berada dalam jalanNya, namun belum tentu ahli ibadah bisa menyebabkan banyak orang beramal shalih dan mengajak orang lain berada di dalam jalanNya. Sungguh ahli ilmu insyaAllaah ahli ibadah karena ahli ilmu tahu bagaimana beramal shalih yang benar.”
( Nasihat Penulis yang diambil dari beberapa sumber sebagai motivasi buat diri sendiri dan untuk pembaca sekalian)

Wallaahua’alam bis shawab...

Sumber               :                                                                                          
-         Hadits Web 4.1

                                                   

0 komentar:

Posting Komentar